Kamis, 12 Agustus 2010

PUASA YANG BERADAP



Diriwayatkan dari Rasulullah saw yang bersabda dalam Hadits Qudsinya, “Allah swt. berfirman:
Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya’.” (H.r. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah, Malik, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i).

Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata:
Jika ada orang bertanya, “Apa makna kekhususan puasa dari Ibadah dan penghambaan kepada Allah disertai kepatuhan dan cinta mutlak. Manusia diciptakan untuk "mengenal dan mengetahui" Allah. Oleh karena itu, makna esensial dari ibadah adalah Mengenal Allah (ma\'rifatullah). Allah berfirman dalam Al-Quran, "Aku ciptakan jin dan manusia hanyalah agar beribadah kepada-Ku" (QS Al-Dzariyat [51]:56). Nabi Muhammad bersabda, "Kesempurnaan (ihsan) ialah menyembah (mengenal) Allah seperti engkau melihat-Nya."I


', CAPTION, 'Ibadah',BELOW,RIGHT, WIDTH, 300, FGCOLOR, '#CCCCFF', BGCOLOR, '#333399', TEXTCOLOR, '#000000', CAPCOLOR, '#FFFFFF', OFFSETX, 10, OFFSETY, 10);" onmouseout="return nd();"> ibadah
-ibadah yang lain. Sementara kita tahu bahwa seluruh amal adalah untuk-Nya dan Dia yang bakal membalasnya. Lalu apa makna Hadis Qudsi, ‘Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya’?”

Maka jawabannya adalah, bahwa Hadis tersebut memiliki dua makna: Pertama, bahwa puasa memiliki kekhususan dari ibada-ibadah fardhu yang lain. Sebab ibadah-ibadah fardhu yang lain merupakan gerakan anggota badan, dimana orang lain (makhluk) bisa melihat apa yang la lakukan. Sedangkan puasa tidak demikian karena puasa bukanlah ibadah gerakan badan. Oleh sebab itu, Allah swt. berfirman, “Puasa itu adalah untuk-Ku.”

Kedua, dalam firman-Nya yang menyatakan, “untuk-Ku” memiliki arti bahwa, “ash-Shamadiyyah adalah Dzat yang tidak memiliki rongga perut dan tidak butuh makan dan minum. “Maka barangsiapa berperilaku dengan akhlak-Ku, maka Akulah Yang bakal membalasnya dengan balasan yang tidak pernah terbersit dalam benak manusia. “

Adapun makna firman-Nya, “Dan Akulah yang akan membalasnya, ”maka sesungguhnya Allah telah menjanjikan pahala untuk setiap perbuatan baik dengan jumlah dari satu hingga sepuluh kali lipatnya, dan dari sepuluh hingga tujuh ratus kecuali bagi orag-orang yang berpuasa, dimana mereka adalah yang masuk dalam kriteria orang-orang yang sabar.

Allah swt. berfirman:
"Hanya orang-orang yang bersabar akan diberi pahala mereka yang tidak terbatas." (Q.s. az-Zumar: 10).

Maka ibadah puasa dikecualikan dari ibadah-ibadah lain yang memiliki ganjaran terbatas dan tertentu. Karena puasa adalah kesabaran jiwa untuk tidak melakukan apa yang menjadi kebiasaannya, mengekang anggota badan dari seluruh kesenangannya. Maka orang-orang yang berpuasa adalah orang-orang yang sabar.

Searti dengan makna di atas adalah Hadits yang diriwayatkan dari Nabi saw yang bersabda:

“Jika engkau berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu, lisan dan tanganmu juga ikut berpuasa.” (H.r. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah).

Beliau juga bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian berpuasa maka hendaknya tidak berkata keji dan fasik. Jika ada seseorang yang mengumpatnya hendaknya ia mengatakan, Saya sedang berpuasa’.” (H.r. Bukhari-Muslim).

Sahnya puasa dan baiknya adab seseorang dalam berpuasa ‘’ Sangat bergantung pada sah (benar)nya tujuan seseorang, menghindari kesenangan nafsu (syahwat)nya, menjaga anggota badannya, bersih makanannya, menjaga hatinya, selalu mengingat Allah : tidak memikirkan rezeki yang telah dijamin Allah, tidak melihat puasa yang ia lakukan, takut atas tindakannya yang ceroboh dan memohon bantuan kepada Allah untuk bisa menunaikan puasanya. Maka inilah adab orang yang berpuasa.

Dikisahkan dari Sahl bin Abdullah at-Tustari - rahimahullah - bahwa la makan dalam setiap lima belas hari sekali. Jika bulan Ramadhan tiba la hanya makan sekali dalam satu bulan. Kemudian saya menanyakan hal tersebut kepada sebagian guru-guru Sufi. Maka ia menjawab, “Setiap malam la hanya berbuka dengan air bersih saja.”

Dikisahkan dari Abu Ubaid al-Busri - rahimahullah - bahwa ketika bulan Ramadhan tiba, la masuk rumah dan segera mengunci pintunya lalu berpesan kepada istrinya, “Setiap malam tolong lemparkan sepotong roti lewat lubang dinding (ventilasi).” la tidak akan keluar dari kamar sehingga bulan Ramadhan berakhir. Tatkala tiba hari Raya dan istrinya masuk di kamar, la menemukan tiga puluh potong roti tertumpuk di sudut kamar.

Adapun puasa sunnah, maka sebagian syekh (guru) Sufi senantiasa melakukannya, baik sedang bepergian maupun berada di rumah sampai mereka bertemu Tuhannya. Sementara mereka membiasakan berpuasa karena Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah benteng.” (H.r. Nasa’i dari Mu’adz bin Abi Ubaidah. Baihaqi dari Jabir, Ahmad dan Bukhari dari Abu Hurairah) Sementara itu Rasulullah tidak menjelaskan bentang dari apa pun. Sehingga kaum Sufi mengatakan, bahwa puasa adalah benteng dari api neraka di akhirat kelak. Karena puasa bagi orang yang berpuasa - sewaktu di dunia - merupakan benteng dari anak panah musuh-musuh manusia yang mengajaknya ke neraka. Mereka adalah setan, hawa nafsu, dunia dan syahwat.

Maka orang yang memilih untuk selalu berpuasa berarti ia berusaha membentengi dirinya dengan benteng agar selamat dari tipudaya musuh-musuhnya. Sehingga mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk menang dan menceburkannya ke neraka.

Saya pernah mendengar Ahmad bin Muhammad bin Sunaid, seorang Hakim di Dinawar berkata: Saya mendengar Ruwaim berkata, “Aku pernah keliling kota Baghdad di siang hari yang sangat panas, sehingga aku haus. Kemudian aku mendatangi pintu rumah seseorang untuk minta air minum. Ternyata seorang pembantu perempuan membukakan pintu dan keluar dengan membawa kendi baru yang berisi air dingin. Tatkala aku mau mengambil air dari tangannya, la berkata kepadaku, `Celaka kau! Seorang Sufi minum di siang hari!’ Kemudian la membanting kendi itu ke tanah dan berpaling meninggalkanku. Aku merasa malu dengan perempuan itu dan aku bernadzar untuk selalu berpuasa dan tidak pernah membatalkannya untuk seumur hidup.”

Sementara itu sebagian kelompok lain memilih berpuasa seperti Nabi Dawud a.s. Sebab ada riwayat dari Nabi saw yang bersabda:

“Sebaik-baik puasa adalah puasa saudaraku, Dawud a.s. la sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa.” (H.r. Bukhari Muslim dan Ashhabus-Sunan).

Mereka mengemukakan tentang makna sabda Nabi saw, “Sebaik-baik puasa.” karena memang puasa Nabi Dawud adalah puasa yang paling berat. Mereka juga mengatakan, bahwa puasa ini lebih berat bagi jiwa (nafsu) daripada puasa setahun penuh.Sebab nafsu seseorang yang telah terbiasa dengan puasa terus-menerus akan berat bila la tidak berpuasa. Demikian juga sebaliknya, jika nafsu seseorang telah terbiasa tidak berpuasa, maka akan berat bila la berpuasa. Sedangkan puasa Dawud, dimana sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa tidak akan memberikan kebiasaan nafsu untuk berpuasa atau tidak berpuasa. Oleh karenanya ada orang yang mengatakan, bahwa puasa Dawud adalah puasa yang paling berat.

Dikisahkan, bahwa Sahl bin Abdullah - rahimahullah - berkata, “Jika Anda kenyang maka mintalah lapar kepada Dzat Yang telah mengujimu dengan kekenyangan. Dan jika Anda lapar maka mintalah kenyang kepada Dzat Yang mengujimu dengan kelaparan. Kalau tidak, Anda akan berlebihan dan berkepanjangan.”

Abu Abdillah Ahmad bin Jabban - rahimahullah - berpuas selama lebih dari lima puluh tahun.Ia tidak pernah membatalkan puasanya, baik ketika sedang bepergian maupun saat di rumah. Suatu hari teman-temannya memaksanya untuk tidak berpuasa, Akhirnya la membatalkan puasanya. Setelah itu la sakit beberapa hari akibat la membatalkan puasanya, dan hampir saja ia tidak bisa melakukan yang fardhu.

Orang yang tidak suka membiasakan berpuasa la akan tetap tidak suka, sebab nafsu akan suka pada kebiasaannya. Jika ia telah terbiasa dengan sesuatu maka la akan melakukannya karena kesukaannya, dan bukan karena memenuhi kewajiban. Maka adab dalam hal ini hendaknya tidak digabungkan antara kewajiban yang harus dipenuhi dengan kebiasaannya, meskipun itu ibadah atau ketaatan. Sebab nafsu akan selalu cenderung pada kesukaannya dan tidak mampu memenuhi kewajibannya, dimana la diciptakan secara kodratinya menghindar dari ketaatan-ketaatan. Maka ketika la telah terbiasa dengan suatu bab atau bagian ibadah, ia mengiranya orang yang paling tahu tentang ibadah dan orang yang memiliki pengetahuan tentang ibadah dan tipu dayanya.

Dikisahkan dari Ibrahim bin Adham - rahimahullah -yang mengatakan, “Aku pernah berteman dengan seorang yang banyak berpuasa dan shalat. Aku kagum dengan apa yang ia lakukan. Kemudian aku melihat apa yang la makan. Ternyata makanannya diambil dari sumber yang tidak baik. Kemudian aku memerintahnya “keluar” dari apa yang la miliki dan kuajak mengembara. Ia kuberi makan dari makanan yang kuketahui kehalalannya dan kuridhai. Tatkala la telah bersahabat denganku dalam beberapa waktu aku perlu “memukulnya” dengan cambuk agar ia mau melakukan hal yang fardhu.

Adapun kaum Sufi dan orang-orang fakir yang membersihkan diri dari selain Allah, dimana mereka telah memutus hubungan dengan makhluk, meninggalkan hal-hal yang maklum, rela dengan rezeki yang dibagikan Allah kepadanya, tidak tahu kapan Allah akan mengirim rezekinya dengan penuh kegaiban dan lewat tangan siapa rezekinya diberikan, maka waktu mereka adalah lebih sempurna daripada waktu orang yang berpuasa yang makanannya untuk berbuka telah diketahui. Jika mereka berpuasa maka tidak ada yang sanggup menandingi keutamaan puasanya.

Sementara itu bagi orang-orang fakir yang telah saya sebutkan di atas juga memiliki adab (etika) dalam berpuasa. Di antaranya adalah hendaknya salah seorang di antara mereka tidak berpuasa sendirian tanpa mendapatkan izin dari sahabat-sahabatnya. Sebab jika la berpuasa akan merepotkan hati teman-temannya dalam menyiapkan makanan untuk berbuka, sementara mereka dalam kondisi yang belum diketahui. Jika salah seorang dari mereka berpuasa sendirian setelah mendapat izin teman-temannya, kemudian ada makanan yang dikirimkan kepada mereka, maka orang-orang yang tidak berpuasa tidak wajib menunggu hingga saat temannya berbuka. Sebab barangkali dl antara jamaah ada yang membutuhkan makanan tersebut atau bahkan barangkali karena ada yang berpuasa akan datang rezeki lain di saat la hendak berbuka. Lain halnya jika orang yang berpuasa itu lemah, maka sebaiknya mereka menunggu hingga saatnya berbuka demi membantu yang lemah, atau jika yang berpuasa itu seorang guru Sufi (syekh) maka sebaiknya juga ditunggu hingga saatnya berbuka demi menghormatinya. Sementara itu orang yang berpuasa tidak boleh mengambil bagian untuk dirinya yang kemudian la simpan untuk dimakan saat berbuka. Sebab hal itu menunjukkan lemahnya kondisi spiritual seseorang. Kecuali jika la lemah, maka la boleh melakukannya karena memang la lemah.

Jika mereka adalah kumpulan orang-orang yang biasa berpuasa, sementara sebagian yang lain terdiri dari orang-orang yang tidak biasa berpuasa, maka orang-orang yang biasa berpuasa tidak boleh mengajak mereka pada kondisi spiritual yang mereka alami, kecuali kalau mereka ingin membantu berpuasa. Orang yang biasa berpuasa membantu orang yang tidak biasa berpuasa dengan menemani makan (tidak berpuasa) adalah lebih baik daripada orang yang tidak biasa berpuasa membantu dan menemani berpuasa orang yang; biasa berpuasa, kecuali bila terjalin persahabatan yang erat. Jika persahabatan itu sudah terjalin maka bantuan orang yang tida biasa berpuasa kepada orang yang biasa berpuasa dengan menemani berpuasa adalah lebih baik.

Dikisahkan dari al Junaid - rahimahullah - bahwa ia telah terbiasa berpuasa secara terus-menerus. Jika ada teman-temannya Yang datang kepadanya ia akan menemani makan mereka. Ia berkata, “Keutamaan saling membantu antar saudara tidaklah kurang berarti daripada keutamaan puasa bagi orang yang biasa berpuasa jika puasa itu sunnah.”

Dikatakan, “Jika Anda melihat seorang Sufi berpuasa sunnah maka Anda bisa menyangkanya, bahwa ada sesuatu dari dunia Yang berkumpul bersamanya.”

Jika mereka adalah sekelompok orang yang sudah menjalin persahabatan dan persaudaraan, sementara di antara mereka ada seorang murid (pemula) maka hendaknya mereka mendorongnya untuk berpuasa. Jika mereka tidak bisa membantu (menemani berpuasa) maka hendaknya memperhatikannya untuk tidak berpuasa dan membebaninya perintah dengan lemah lembut, serta tidak boleh membawa kondisi spiritual si murid pada kondisi spiritual mereka.

Dan jika dalam jamaah tersebut ada seorang guru Sufi (syekh) maka hendaknya mereka ikut berpuasa atau tidak berpuasa sebagaimana yang dilakukan gurunya kecuali bila guru tersebut merintah yang lain. Mereka tidak boleh menyalahi perintah gurunya, sebab seorang guru Sufi lebih tahu apa yang lebih maslahat dan terbaik bagi mereka.

Dikisahkan dari sebagian para guru Sufi (syekh) yang mulia, bahwa la pernah berkata, “Saya pernah berpuasa demikian dan demikian yang bukan karena Allah.” Karena saat itu ada seorang anak muda yang la temani. Ia berpuasa agar dilihat dan dlikuti oleh anak muda tersebut, sehingga la bisa terdidik, la ikut berpuasa karena puasa gurunya.

Saya melihat Abu al-Hasan al-Makki - rahimahullah - di Basrah, dimana la termasuk orang yang selamanya terus berpuasa. Ia hanya makan sepotong roti setiap malam Jumat. Dan makanannya -sebagaimana disebutkan- dalam sebulan hanya sekitar empat daniq (perdaniq: seperenam dirham, pent.) yang la kerjakan sendiri dengan tangannya. Ia bekerja sendiri dengan memintal tali sabut dan kemudian menjualnya. Ibnu Salim malah sempat tidak menegurnya, dimana la pernah berkata, “Saya tidak akan mengucapkan salam padanya sampai la tidak berpuasa dan mau makan roti.” Sebab la terkenal dengan meninggalkan makan.

Saya juga mendengar sebagian orang yang bersikap kesederhanaan (wasith) telah melakukan puasa bertahun-tahun selalu membatalkan puasanya (berbuka) sebelum matahari terbenam kecuali di bulan Ramadhan. Sebagian kaum ada yang menentang tindakan yang la lakukan. Sebab tindakan tersebut menyalahi aturan keilmuan, meskipun itu puasa sunnah. Sementara ada pula kaum yang menganggapnya baik. Sebab pelakunya hanya bertujuan melatih dirinya lapar dan la tidak menikmati pahala yang dijanjikan untuk orang-orang yang berpuasa dan sama sekali tidak cenderung pada pahala tersebut.

Sedangkan menurut hemat kami, orang yang mengingkari tindakan itu juga benar. Sebab jika la berkeyakinan bahwa la melakukan puasa maka la wajib memenuhi syarat-syarat yang ada. Jika ia tidak berkeyakinan melakukan puasa maka la berada di jalan orang-orang yang tidak serius. Sehingga la tidak bisa disebut orang yang berpuasa. Semoga Allah memberi taufik pada kita.

Diceritakan dari asy-Syibli - rahimahullah - bahwa ia pernah berkata, “Apakah seseorang bisa dikatakan baik bila berpusa selamanya.” la melanjutkan pertanyaannya, “Lalu bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan puasa selamanya.” la melanjutkan ucapannya, “Jadikanlah sisa umurmu sehari kemudian Anda berpuasa pada hari itu.”

Inilah apa yang sempat terekam saat ini dari adab puasa para Sufi (dan Allah Yang memberi kita pertolongan pada kebenaran). Syeikh Abu Nashr as-Sarraj

LAILATUL QADAR


Allah menurunkan Wahyu, Mukjizat Agung, Kitab Sucinya, di malam terang benderang, yang bertabur Cahaya, dari pendaran yang Maha Cahaya, lebih dahsyat dari seribu bulan Cahaya.


Syeikh Abdul Qadir al-Jilany memaparkan, "Para malaikat pada turun dan (begitu juga) ar-Ruh (Jibril) di dalam malam itu. " Jibril turun disertai dengan 70 ribu malaikat, dan ia bertindak sebagai pemimpinnya. Jibril terus menerus memberi salam kepada mereka yang sedang duduk (beribadah), sementara seluruh malaikat yang lain memberi salah kepada mereka yang sedang tidur. Allah sendiri yang terus memberi salam kepada mereka yang bangkit berdiri menuju kepadaNya. Sebagaimana Salam Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yang menjadi ahli surga di surga, dengan firman-Nya:
Salaamun Qaulan min Rabbir Rahiim (Salam yang terucap dari Tuhan Yang Maha Pengasih). Maka, berkenan pula Allah memberikan salam kepada para hamba-Nya yang senantiasa berbuat kebajikan di dunia, mendapatkan anugerah kebaikan luhur dan kebahagiaan di zaman 'azali. Yaitu para hamba-Nya yang senantiasa fana' atau sirna dari segala makhluk, dan abadi bersama Tuhannya, senantiasa tenteram menuju kepada Allah Ta'ala Yang Maha Benar.

Pada malam Lailatul Qadar itu, tak ada yang tersisa dari suatu tempat melainkan ada malaikat yang sedang sujud di sana, atau berdiri mendoakan hamba-Nya yang mukmin dan mukminat. Kecuali tempat-tempat seperti gereja, biara, tempat Ibadah dan penghambaan kepada Allah disertai kepatuhan dan cinta mutlak. Manusia diciptakan untuk "mengenal dan mengetahui" Allah. Oleh karena itu, makna esensial dari ibadah adalah Mengenal Allah (ma\'rifatullah). Allah berfirman dalam Al-Quran, "Aku ciptakan jin dan manusia hanyalah agar beribadah kepada-Ku" (QS Al-Dzariyat [51]:56). Nabi Muhammad bersabda, "Kesempurnaan (ihsan) ialah menyembah (mengenal) Allah seperti engkau melihat-Nya."I


', CAPTION, 'Ibadah',BELOW,RIGHT, WIDTH, 300, FGCOLOR, '#CCCCFF', BGCOLOR, '#333399', TEXTCOLOR, '#000000', CAPCOLOR, '#FFFFFF', OFFSETX, 10, OFFSETY, 10);" onmouseout="return nd();"> ibadah
majusi dan tempat-tempat berhala, atau sebagian tempat yang menjadi pembuangan kotoran maksiat. Di tempat-tempat itu malaikat tidak mati bersujud dan berdoa.

Malaikat-malaikat itu senantiasa mendoakan kaum mukminin dan mukminat. Sedangkan Jibril as, sama sekali tidak mendoakan kaum mukminin dan mukminat, melainkan hanya menyalami dan bersalaman kepada mereka.
Jika Anda sekalian sedang dalam keadaan beribadah, maka Jibril menyalami, "Salam kepadamu, semoga diterima dan mendapatkan kebaikan." Jika anda ditemui sedang dalam keadaan bermaksiat, Jibril menyalami, "Salam bagimu, semoga engkau mendapatkan ampunan." Jika anda ditemui dalam keadaan tidur, Jibril menyalami, "Salam bagimu, semoga engkau mendapatkan ridla- Nya." Jika Anda sudah dalam kuburan (mati) Jibril menyalami, "Salam bagimu dengan ruh dan aroma keharuman."
Itulah yang difirmankan Allah, "minKulliAmrinSalaam" (dalam segala hal, ada Salam.)

Ada yang menyebutkan, bahwa para malaikat itu hanya menyalami mereka yang taat, sementara tidak pada mereka yang sedang bermaksiat. Di antara ahli maksiat itu adalah mereka yang berbuat kedhaliman, mereka yang memakan makanan haram, mereka yang memutus tali sillaturrahim, mereka yang mengadu domba, mereka yang memakan harta anak yatim, mereka itu tidak mendapatkan salam dari para malaikat. Lalu manakah bencana yang lebih besar dibanding bencana seperti itu?

Padahal bulan Ramadlan diawali oleh rahmat, ditengahi oleh ampunan dan diakhiri dengan kebebasan dari neraka. Sementara Anda tidak memiliki bagian dari salam para malaikat itu? Bukankah itu semua gara-gara Anda jauh dari Yang Maha Pengasih? dan Anda juga tergolong para
penentang Allah dan mensakralisasi tindakan syetan? Anda berhias dengan riasan penempuh jalan neraka? Begitu pula karena Anda jauh dan mengabaikan dari para penempuh jalan surga? Anda juga hijab dari Tuhan yang memiliki kekuasaan atas bahaya dan kebajikan? Padahal bulan Ramadlan adalah bulan kejernihan, bulan keselarasan bersama Allah, bulan para pendzikir-Nya, bulan orang-orang sabar dan bulan para shadiqin. Lantas apabila tidak ada bekas dalam hati Anda, dan Anda tidak mencabut akar kemaksiatan dalam hati Anda, menjauhi para pelaku kejahatan dan kemungkaran, lalu pengaruh apa yang bisa membekas dalam hati Anda itu? Apa yang Anda harapkan dari selain kebajikan? Apa yang masih anda sisakan dalam jiwa Anda? Kebahagiaan manakah yang bisa Anda raih di sana?

Ingatlah wahai orang yang sangat kasihan, terhadap apa yang menempel pada diri Anda. Bangkitlah dari kelelapan yang meninabobokan Anda, membuat Anda alpa. Lihatlah pada yang memberi petunjuk pada Anda, sisa-sisa bulan Anda, dengan tindakan taubat dan kembali. Nikmatilah bulan ini dengan istigfar dan kepatuhan, agar Anda meraih rahmat dan kasih sayang Allah. Anda harus membatu dengan segala hal yang mengarah pada sikap negatif Menangislah pada diri sendiri atas dorongan yang menyeret Anda pada cacat-cacat jiwa, kebinasaan dan tragedi. Betapa banyak orang berpuasa, namun hakikatnya tidak pernah berpuasa selamanya. Banyak orang yang berdiri tegak untuk ibadah, hakikatnya tak pemah ibadah selamanya. Betapa banyak orang beramal, namun tanpa pahala ketika amal itu usai dilakukan. Amboi, apakah puasa kita diterima, ibadah kita diterima, atau sebaliknya semua itu ditolak dan dilemparkan ke wajah kita sendiri? Amboi, betapa kita telah menolak ibadah yang seharusnya diterima, dan menghormati ibadah yang seharusnya ditolak?
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Betapa banyak orang berpuasa, namun tak lebih dari lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang tegak beribadah, melainkan hanya kelelahan belaka.."

Salam kepadamu wahai bulan puasa.
Salam kepadamu wahai bulan kebangkitan. Salam kepadamu wahai bulan iman.
Salam kepadamu wahai bulan al-Qur 'an.
Salam kepadamu wahai bulan cahaya-cahaya Salam kepadamu wahai bulan maghfirah dan ampunan.
Salam kepadamu wahai bulan derajat dan keselamatan dari keburukan.
Salam kepadamu wahai bulan orang-orang yang bertobat, beribadat.
Salam kepadamu wahai orang-orang ma 'rifat Salam kepadamu wahai bulan orang yang tekun beribadat.
Salam kepadamu wahai bulan yang aman Engkau telah menahan orang-orang maksiat Engkau telah bermesraan dengan ahli taqwa Salam kepada bilik dan cahaya-cahaya yang cemerlang dan mata yang terjaga air mata yang melimpah mihrab yang terang benderang ungkapan yang suci nafas-nafas yang membubung dari kalbu-kalbu yang bergelora.
Tuhan,jadikanlah kami tergolong mereka yang Engkau terima puasanya, shalatnya, dan Engkau ganti keburukan dengan kebajikannya, dan Engkau masukkan dengan rahmat-Mu dalam surga-Mu, dan Engkau tinggikan derajat mereka, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Senin, 09 Agustus 2010

AL-QUR'AN


Al Quran (24) An Nuur : Ayat 11

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar (QS. 24:11)

Al Quran (24) An Nuur : Ayat 12

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (QS. 24:12)

Al Quran (24) An Nuur : Ayat 13

Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta. (QS. 24:13)

Al Quran (24) An Nuur : Ayat 14

Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (QS. 24:14)

Al Quran (24) An Nuur : Ayat 15

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (QS. 24:15)

Al Quran (24) An Nuur : Ayat 16

Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (QS. 24:16)


Al Quran (14) Ibrahim : Ayat 46

Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (QS. 14:46)

Al Quran (16) An Nahl : Ayat 26

Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. (QS. 16:26)

Al Quran (27) An Naml : Ayat 27

Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (QS. 27:50)

Al Quran (2) Al Baqarah : Ayat 132

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS 2:132)

Al Quran (3) Ali ‘Imraan : Ayat 102

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS 3:102)

Al Quran (2) Al Baqarah : Ayat 217

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS 2:217)


Al Quran : (6) Al An’aam : Ayat 145

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS 6:145)

Al Quran : (5) Al Maa’idah : Ayat 3

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 5:3)

Al Quran : (2) Al Baqarah : Ayat 173

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 2:173)

Al Quran : (16) An Nahl : Ayat 115

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 16:115)

Al Quran : (4) An Nisaa’ : Ayat 60

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS 4:60)

Al Quran : (5) Al Maa’idah : Ayat 60

Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS 5:60)

Al Quran : (2) Al Baqarah : Ayat 256

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2:256)

Al Quran : (4) An Nisaa’ : Ayat 148

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 4:148)

Al Quran : (49) Al Hujuraat : Ayat 11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 49:11)

Al Quran : (17) Al Israa’ : Ayat 53

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. 17:53)


Al Quran (4) An Nisaa’ : Ayat 79

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS 4:79)

Al Quran (4) An Nisaa’ : Ayat 78

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (QS 4:78)

Al Quran (7) Al A’raaf : Ayat 168

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS 7:168)

Al Quran (6) Al An’aam : Ayat 63

Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur”. (QS 6:63)

Al Quran (25) Al Furqaan : Ayat 68

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (QS. 25:68

Al Quran (17) Al Israa’ : Ayat 32

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. 25:32)

ISLAM


Ayat-Ayat Al Qur'an Tentang Kebenaran Islam

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ayat Al Qur’an diambil dari situs Pusat Percetakan Al Qur’an di Arab Saudi :


BUKTI ALLAH MEMILIH ISLAM UTK MANUSIA

QS: 5.3

3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah (1), daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya(2), dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah(3), (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini (4) orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa(5) karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS: 3.84-85

84. Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ’Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

ORANG YANG MASUK ISLAM, LALU KELUAR LAGI, TERKUTUK

QS: 3.86-91

86. Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim.
87. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya la’nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la’nat para malaikat dan manusia seluruhnya,

88. mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh,
89. kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan (1). Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

90. Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.
91. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.

BUKTI MUHAMMAD ADALAH RASUL

QS: 7.158

158. Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

BUKTI MUHAMMAD TIDAK CIPTAKAN AL QUR’AN

QS: 53.1-5

1. Demi bintang ketika terbenam,
2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,
3. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,

YANG MENCINTAI ALLAH, MENGIKUTI NABI

QS: 3:31-32

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

TIDAK BOLEH ADA PERUBAHAN PADA AGAMA ALLAH

QS: 30.29-32

29. Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
(1) tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
32. yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka
(2) dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

BERFIKIR LEBIH PENTING DARIPADA MERASAKAN

QS: 7.175-176

175. Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

AL QUR’AN, MUHAMMAD, ADAM & HAWA, IBLIS

Baca Semua: QS: 7, Sûrat Al-A‘râf [Tempat Tertinggi] 206 ayat

Terutama:

QS: 7.1-22

1. Alif laam miim shaad (1).
2. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (2). Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
4. Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.

5. Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim".
6. Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),

7. maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).
8. Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

9. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

***

16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).

***

30. Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

***

35. Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

36. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

***

44. Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,

45. (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat."

***

50. Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu". Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir,

51. (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

***

179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

180. Hanya milik Allah asma-ul husna
(2), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya (3). Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
181. Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.

***

186. Barangsiapa yang Allah sesatkan (4) maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

***

YANG TINGGALKAN SHOLAT

QS: 74.38-43

38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,
39. kecuali golongan kanan,
40. berada di dalam surga, mereka tanya menanya,
41. tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,
42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
43. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,

PERINTAH UNTUK SHOLAT WAJIB

QS: 4.103

103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

QS: 2.1-5

1. Alif laam miim (1).
2. Kitab
(2) (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (3),
3. (yaitu) mereka yang beriman
(4) kepada yang ghaib (5) yang mendirikan shalat (6) dan menafkahkan sebahagian rezki (7) yang Kami anugerahkan kepada mereka,
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu
(8) serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (9).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung
(10)

DAFTAR AYAT YANG MEMBICARAKAN SHOLAT (85 AYAT)


2.3

2.43

2.45

2.83

2.110

2.125

2.153

2.177

2.238

2.239

2.277

3.39

3.43

3.77

4.101

4.102

4.103

4.142

4.162

5.6

5.12

5.55

5.58

5.91

5.106

6.72

6.92

6.162

7.29

7.170

8.3

8.35

9.5

9.11

9.18

9.54

9.71

9.84

9.108

10.87

11.87

11.114

13.22

14.31

14.37

14.40

17.78

17.110

19.31

19.55

19.59

20.14

20.132

21.73

22.35

22.41

22.78

23.2

23.9

24.41

24.56

24.58

27.3

29.45

30.31

31.4

31.17

33.33

35.18

35.29

42.38

58.13

62.9

62.10

70.22

70.23

70.34

73.20

74.43

75.31

87.15

96.10

98.5

107.4

107.5

YESUS, ORANG YAHUDI & ORANG KRISTEN DALAM AL QUR'AN

QS: 2.111

111. Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".

QS: 4.155-159

155. Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan) (1), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
156. Dan karena kekafiran mereka (terhadap ’Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),

157. dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, ’Isa putera Maryam, Rasul Allah"
(2), padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ’Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ’Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ’Isa.

158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ’Isa kepada-Nya
(3). Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
159. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (’Isa) sebelum kematiannya
(4). Dan di hari Kiamat nanti ’Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka

QS: 4.171

171. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (1), dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ’Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya (2) yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya (3) Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

QS: 5.14- 17

14. Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

15. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan
(1).

16. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

17. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS: 5.116-118

116. Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai ’Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" ’Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

117. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

118. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

QS: 9.32-33

32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

33. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

QS: 10.65-70

65. Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
66. Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.

67. Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar
(1).
68. Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

69. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung".
70. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.

****************

Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

1 comments:

Anonymous said...

Assalamualaikum Wr. Wb,

Saudaraku Gene, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat, hidayah kepadamu.

Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal dengan dakwah yang
Gene telah lakukan.

Jadilah cahaya penerang diantara kaum barat yang kufur, menerangkan ajaran Allah yang hakiki.

Wa'alaikum Salam Wr. Wb.