Senin, 09 Agustus 2010

NIKMAT YANG BERUBAH MENJADU AZAB



Betapa banyak dan besar nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mensyukuri semua nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita. Karena bersukur berarti mempertahankan nikmat. Tapi ada dari kita yang setelah dianugerahi berbagai macam nikmat dan kemudahan serta kelapangan oleh Allah SWT berubah menjadi kufur. Inilah yang dapat mengubah nikmat menjadi bencana.

Bila ada yang bertanya, “dapatkah nikmat berubah menjadi azab/ bencana?” Maka jawabannya, Iya hal itu dapat terjadi. Karena itu, marilah kita senantiasa berdoa, seperti doa yang diajarkan Rasulullah Saw sebagai berikut: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat, dari azab yang datang tiba-tiba, berubahnya keselamatan yang diberikan oleh-Mu dan dari semua kemurkaan-Mu. ” (HR. Muslim).

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan JIKA KAMU MENGINGKARI (NIKMAT-KU), MAKA SESUNGGUHNYA AZAB-KU SANGAT PEDIH” (QS. Ibrahim [14] : 7)

Berikut ini beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan nikmat berubah menjadi azab/bencana :

  1. Perbuatan maksiat dan dosa. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi saw yang menegaskan hal itu, di antaranya, firman-Nya: ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum [30]: 41). Dan perhatikan juga firman-Nya, yang lain: “ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri....” (QS.an-Nisa’ [4]:79).
  2. Apabila kita menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah SWT Sang Pemberi nikmat. Hal ini sebagai mana yang terjadi terhadap Qarun ketika ia menisbatkan nikmat kepada dirinya dan ilmunya melalui firman Allah SWT : “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS. al-Qashash [28]: 78). Kemudian Allah mengazabnya sebagaimana tewrtulis dalam firman-Nya berikut ini: “Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS.al-Qashash [28]: 81). Kita tidak boleh menisbatkan nikmat kepada selain Allah SWT. Karena hal tersebut termasuk kekufuran dan termasuk dalam golongan orang yang kafir, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. ”(QS. an-Nah [16]: 83). Pernahkan teman-teman dalam suatu kasus, misalnya terhindar dari suatu bahaya atau berhasil dalam melakukan sesuatu, lalu berkata, “untung tadi si fulan mencegah kita, kalau tidak kita pasti sudah… atau, ”kalau saja bukan karena si fulan menolong kita, nggak tahu deh, bagaimana keadaan kita sekarang ini” atau kata-kata lain yang kira-kira seperti itu. Kalau iya, berarti tanpa teman-teman sadari, teman-teman telah menisbatkan sesuatu kepada selain Allah, dan tidak bersukur kepada Allah. Karena Allah yang mengatur segala sesuatu, memang tampaknya, hal tersebut terjadi karena suatu sebab, tapi sebenarnya itu adalah jalan Allah menyelamatkan kita, melalui tangan hamba-Nya yang lain atau jalan/cara Allah membantu kita melalui salah seorang hamba-Nya. Jadi tidak ada istilah kebetulan, karena semuanya berada dalam pantauan dan pengaturan-Nya. Tetapi dalam hal berterima kasih terhadap sesama, itu tidak apa-apa, bahkan selayaknya kita berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan mengatakan kepadanya, “Jazakallahu khaira, (Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu).” karena kita tidak termasuk hamba yang bersyukur kepada Allah, bila tidak berterima kasih terhadap sesama manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “‘Tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterimakasih kepada manusia.” (Shahih al-Jami’, 7719). Yang harus kita lakukan, adalah, pertama-tama adalah kita harus bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih pada sesama manusia yang telah membantu kita. Jangan sampai ada terbesit dalam hati kita, bahwa kita bisa selamat dari bahaya, itu karena pertolongan seseorang, karena sebenarnya, itu adalah pertolongan Allah, melalui seorang hamba-Nya.
  3. Apabila kita mempunyai sifat percaya diri yang berlebihan, atau sombong dan congkak terhadap makhluk lain karena memiliki harta yang banyak, properti, ilmu, kedudukan dan sebagainya. Dan Allah SWT tidak suka pada orang-orang yang sombong, perhatikan juga firman-Nya berikut ini: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(Luqman [31] :18)
  4. Apabila kita tidak memenuhi hak Allah SWT atas nikmat tersebut. Bila kita memiliki ilmu, maka kita harus mengajarkannya; jika kita memiliki harta, maka kita harus menginfakkannya /mensedekahkannya. Ilmu yang dimiliki seorang muslim bukan untuk dibanggakan di hadapan manusia karena hal itu dapat menjadi bumerang dan merugikan dirinya, seperti hadits: ”Janganlah kamu menuntut ilmu untuk saling membanggakan diri di hadapan para ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan menyombongkan diri di depan majelis. Karena, siapa yang melakukannya, maka hendaknya ia berhati-hati dengan api neraka.” (HR Ibn Majah). Dan tentang kita harus menginfakkan rezeki/harta kita, perhatikan firman Allah SWT berikuit ini: Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan” (QS. Ibrahim [14]: 31). Oleh karena itu, seperti di dalam kitab ash-Shahih, dua malaikat berdoa setiap harinya dengan doa, Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak pengganti dan berikanlah kepada orang kikir kehancuran.” (HR.al-Bukhari dan Muslim).

Mungkin ada dari kita yang bertanya, mengapa kalau kita melihat orang-orang fasik, orang-orang yang bergelimang dosa dan maksiat, tapi hidup mereka senang, tidak terkena azab. Seakan-akan kebaikan terus menerus mengalir deras kepada mereka? Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, perhatikan sabda Nabi Muhammad saw. Berikut ini, “Bila kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hamba dunia dan apa yang ia sukai, padahal ia melakukan berbagai perbuatan maksiat, maka itu hanyalah Istidraj dari-Nya (HR. Ahmad dan al-Baihaqi). Istidraj adalah : mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.

Seperti tertulis dalam firman-Nya di surah Al An ’aam, ayat 44 : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” Perhatikan firman Allah SWT dalam surat Hud, ayat 102,: ”Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.

Jadi, nikmat bisa berubah menjadi azab dan bencana, kemenangan bisa berubah menjadi kekalahan, kegembiraan bisa berubah menjadi kesedihan apabila kita mengundang murka Allah. Oleh sebab itu, bila diberi kesehatan, kepandaian/ ilmu, kemudahan, kelapangan, maka kita harus mensyukuri dan mengamalkannya, jangan berbuat sesuatu yang mengundang murka Allah yang akan mengakibatkan nikmat yang kita peroleh berubah menjadi azab atau bencana. Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah [32] : 21). Dan cegahlah diri kita agar jangan sampai menjadi hamba yang di istidraj oleh Allah.

Ya Allah, golongkan kami menjadi ahli syukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Dan bimbing kami ya Allah agar kami bisa mengerjakan amal sholeh yang dapat meraih keridhaan-Mu. Ya Allah, jangan biarkan nikmat yang Engkau berikan membuat kami kufur terhadap karunia-Mu dan ampunilah kami, apabila ada dari nikmat yang Engkau berikan, telah kami gunakan untuk maksiat. Ya Allah lindungi kami dan keluarga kami dari kefasikan. Ya Allah, lindungi kami agar tidak melakukan kesalahan yang bisa mengundang murka-Mu, lindungi kami dari kesalahan yang bisa merubah nikmat yang Enagkau karuniakan menjadi azab-Mu yang pedih. Ya Allah, bimbinglah kami, agar kami bisa selalu mensyukuri nikmat-Mu, puas dengan pembagian rezeki yang Engkau atur, sabar terhadap segala ujian yang Engkau berikan, dan selalu bersandar kepada-Mu, Amin Ya Robbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar